Bahasa Yang Terancam Punah di Indonesia

Indonesia memiliki ratusan hingga ribuan bahasa daerah yang tersebar di berbagai wilayah. Beberapa bahasa-bahasa daerah di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini berada diambang kepunahan. Hal ini diakibatkan oleh dominannya suatu bahasa yang penuturnya lebih besar hingga menekan bahasa yang penuturnya lebih sedikit. Akibatnya penutur bahasa yang lebih sedikit lambat laun mulai meninggalkan bahasa ibunya, dan menggunakan bahasa yang dominan di wilayah mereka. Hal lain yang menjadi penyebab utama hampir punahnya bahasa daerah tersebut adalah bahasa Indonesia sendiri. Bahasa Indonesia, yang pada awalnya digunakan sebagai bahasa pengantar dan bahasa pemersatu berbagai suku di Indonesia, mulai mengancam mengancam keberadaan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.

Penggunaan Bahasa Indonesia di berbagai bidang kehidupan merupakan salah satu penyebab punahnya beberapa bahasa daerah di Indonesia. Dengan semakin mendominasinya bahasa Indonesia, yang digunakan dalam berbagai kegiatan, acara maupun media radio, televisi dan surat kabar menjadi ancaman tersendiri bagi bahasa-bahasa daerah di Indonesia ini.

Belakangan ini banyak sekali bahasa daerah mulai terancam punah, bahkan beberapa bisa dikatakan telah punah. Terancam punah ini berarti pengguna bahasa atau penutur bahasa tersebut jumlahnya sedikit. Berkisar antara 5-200 orang, diantaranya, adalah:
  • Bahasa Lom (Sumatera) hanya 50 penutur.
  • Bahasa Budong-budong ( Sulawesi ) hanya 70 penutur.
  • Bahasa Dampal ( Sulawesi Tengah ) hanya 90 penutur
  • Bahasa Bahonsuai ( Sulawesi Tengah ) hanya 200 penutur.
  • Bahasa Baras ( Sulawesi Tengah ) hanya 250 penutur.
  • Bahasa Lengilu (Kalimantan ) hanya 10 penutur.
  • Bahasa Punan Merah ( Kalimantan ) hanya 137 penutur.
  • Bahasa Kareho Uheng ( Kalimantan ) hanya 200 penutur.
  • Bahasa Hukumina ( Maluku ) hanya 1 penutur.
  • Bahasa Kayeli ( Maluku ) hanya 3 penutur.
  • Bahasa Nakaela ( Maluku ) hanya 5 penutur.
  • Bahasa Hoti ( Maluku ) hanya 10 penutur.
  • Bahasa Hulung ( Maluku ) hanya 10 penutur.
  • Bahasa Kamarian ( Maluku ) hanya 10 penutur.
  • Bahasa Salas ( Maluku ) hanya 50 penutur.
  • Bahasa Mapia ( Papua ) hanya 1 penutur.
  • Bahasa Tandia ( Papua ) hanya 2 penutur.
  • Bahasa Bonerif ( Papua ) hanya 4 penutur.
  • Bahasa Saponi ( Papua ) hanya 10 penutur.
  • Bahasa Sikka ( NTT ) < 500 penutur.

Bahasa daerah adalah salah satu budaya bangsa yang perlu dilestarikan melalui berbagai cara. Tetapi belakangan ini penggunanya semakin hari semakin berkurang. Menurut beberapa ahli, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
  • dominasi bahasa Indonesia
  • dominasi bahasa daerah lain di wilayah mereka
  • penggunaan bahasa daerah yang jarang
  • lebih suka menggunakan bahasa daerah lain yang lebih dominan
  • merasa gengsi atau malu menggunakan bahasa daerahnya sendiri
Oleh karena itu perlu melestarikan budaya bangsa sebagai wujud nasionalisme dan cinta Tanah Air yaitu melalui penggunaan bahasa daerah.

Dengan banyaknya cara pelestarian budaya berbahasa daerah, salah satunya melalui pendidikan formal, membuat kami berusaha untuk mencari beberapa gagasan yang dapat membantu pelestarian yaitu diantaranya melalui kegiatan seperti pembentukan komunitas dengan penggunaan bahasa daerah sebagai sarana pelaksana dan sosialisasi sebagai penjelas dari pembentukan komunitas ini.
More...